Friday, 22 May 2015

MAKALAH ULUMUL QURAN : RASM UTSMANI




 
Kata pengantar
            Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulallah SAW. Penulis bersyukur kepada ilahi Rabbi yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul Fungsi dan Kedudukan Pancasila dapat terselesaikan.
            Dengan makalah ini diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami mengenai rasm Utsmani, perbadaan antara sb’atu ahruf dan qira’ah tujuh, serta mengetahui apa saja mushaf-mushaf Utsmani yang mashur, tokoh-tokoh yang meriwayarkan rasm Utsmani sehingga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dalam kekurangan. Baik dari segi penulisan maupun dari segi pembahasan materi. Oleh sebab itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini.



Tembilahan,  Desember 2012

Penulis




Daftar  Isi
Kata Pengantar  .................................................................................................    i
Daftar Isi    ..........................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN 
1.      Latar Belakang  .....................................................................................   1
2.      Rumusan  Masalah   .............................................................................    1
3.      Tujuan  ..................................................................................................    1
BAB II PEMBAHASAN
A.     Pengertian Rasm Utsmani  ....................................................................  2   
B.     Perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah Tujuh .....................................  2
C.    Enam Kaidah Rasm Utsmani  ...............................................................   3
D.    Enam Buah Mushaf Utsmani yang mashur  .........................................  4
E.     Tokoh-Tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani dari Berbagai Negara  ....................................................................................................   4
F.     Faidah Rasm Utsmani  ...........................................................................  6
G.    Hukum dan Kedudukan Rasm Utsmani  .............................................  6
PENUTUP
1.      Kesimpulan   ..........................................................................................    8
Daftar Pustaka     .............................................................................................     9





 



BAB I
PENDAHULUAN
1.    LATAR BELAKANG
Penulisan Al-Qur’an atau disebut dengan Rasm Utsmani, penulisan Rasm Utsmani tidak luput dari tindakan mulia Utsman bin Affan, dan para sahabat-sahabat Rasulullah lainnya, dalam proses penulisan Al-Qur’an, inisiatif Utsman untuk menyatukan penulisan Al-Qur’an tanpaknya sangat beralasan, betapa tidak, menurut beberapa riwayat, perbedaan cara membaca Al-Qur’an pada saat itu sudah berada pada titik yang menyebabkan umat islam saling menyalahkan dan mengalami perselisihan. Ada juga yang berpendapat bahwa pada masa khalifah Utsman, seorang guru mengajarkan qira’at tertentu, sedangkan tokoh lainnya mengajarkan tokoh lainnya, dalam penulisan Alquran terdapat pula pengertian mengenai sab’atu ahruf, qira,ah tujuh, mushaf-mushaf pada masa Utsman dan sebagainya yang akan di bahas oleh makalah ini.
2.    RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian Rasm Utsmani?
b.      Apa saja perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah Tujuh?
c.       Apa sajakah enam kaidah Rasm Utsmani?
d.      Apa saja enam buah mushaf Utsmani yang mashur?
e.       Siapa saja tokoh-tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani?
f.       Apa saja faidah Rasm Utsmani?
g.      Bagaimana hukum dan kedudukan Rasm Utsmani?
3.    TUJUAN
a.       Mengetahui pengertian Rasm Utsmani?
b.      Mengetahui perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah tujuh?
c.       Mengetahui enam kaidah Rasm Utsmani?
d.      Mengetahui enam buah mushaf Utsmani yang mashur?
e.       Mengetahui tokoh-tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani?
f.       Mengetahi faidah Rasm Utsmani?
g.      Mengetahui hukum dan kedudukan Rasm Utsmani?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasm Utsmani
Rasm Uthmani atau rasm Al-Qur’an  ialah suatu ilmu yang membicarakan kaedah penulisan kalimah-kalimah ayat Al-Quran yang digunakan dan telah dipersetujui oleh Sayyidina Utsman bin ‘Affan. Istilah Rasm ‘Utsman lahir bersamaan dengan lahirnya mushaf ‘Utsman, yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri atas Zaid bi Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Al’Ash, dan Abdurrahman bin Al-Haris. Hukum mempelajari Rasm Uthmani adala fardhu Kifayah.

B.  Perbedaan Sabatu Ahruf dan Qira’ah Tujuh
adapun perbedaan sab’atu ahruf dan qira’at tujuh yaitu:
qira’ah sab’ah disebut juga Qira’ah tujuh, kata sab’ah itu sendiri itu maksudnya adalah imam-imam qira’at yang tujuh. Mereka adalah:
1.      Abdullah bin Katsir Ad-Dari dari mekah (wafat 120 H).
2.      Nafi’ bin Abdul Ar-Rahman bin Abu Na’im dari Madinah(wafat 169 H).
3.      Abdullah Al-Yashibi, yang terkenal dengan sebutan Abu ‘Amir Al-Dimasyqi dari Syam(wafat 118 H).
4.      Abu Amr dari Basrah, nama lengkap Abu Amr adalah Zabban bin Al-‘Ala bin Amar(wafat 154 H).
5.      Ya’kub berasal dari Basrah, nama lengkapnya adalah Ibnu Ishak Hadhrami( wafat 205 H).
6.      Hamzah, nama lengkap Hamzah adalah Ibnu Habib Az-Zayyat (wafat 188 H).
7.      ‘Ashim, nama lengkap ‘Asyim adalah Ibnu Abi A n-Najud  Al-Asadi(wafat 127 H).
Dengan demikian, qira’ah sab’ah adalah qira’at yang berasal dari ketujuh imam qiraat tersebut.[1] Dalam satu riwayat, Nabi SAW bersabda :
“ sesungguhnya Al-Qur’an ini telah diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah olehmu mana yang mudah dari padanya”
  Sab’atu Ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya keseluruhan Al-Quran dari awal sampai akhir tidak akan keluar dari tujuh wajah perbedaan berikut:
1.      Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsanna, atau jama’).
2.      Perbedaan bentuk fi’il (madi, mudari’, atau amr).
3.      Perbedaan bentuk i’rab (rafa’, nasab, jar, atau jazam).
4.      Perbedaan bentuk naqis (kurang) atau ziyadah (tambah) .
5.      Perbedaan bentuk Taqdim dan Ta’khir (mendahulukan dan mengemudiankan).
6.      Perbedaan bentuk Tabdil (pergantian huruf atau kata) .
7.      Perbedaan bentuk dialek (lahjah) seperti bacaan Imalah, Taqlil, Idgham, Izhar, dan lain-lain[2]

C.    Enam Kaidah Rasm Usmani
Enam  Kaidah Rasm Utmani :
1.         Al-Hadzf (membuang, menghilangkan dan mniadakan huruf). Contohnya:
 menghilangkan Huruf alif yang terdapat pada ya’ nida’ (ya’ seruan) sebagaimana yang tercantum dalam bunyi ayat يَااْيها النَاسٌ, ,huruf alif yang terdapat pada ha at-tanbih (peringatan) sebagaimana tercantum dalam bunyi ayat هانتم , pada lafazh jalalah الله, dan dari kata na انجينكم
2.      Az-Ziyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu  atau yang mempunyai hukum jama’ بنوا اسرائيل dan menambahkan alif dan setelah hamzah تا لله تفتؤا
3.      Al-Hamzah, salah satu kaidahnya berbunyi bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulisdengan berharkat yang sebelumnya, contohnya “i’dzan”  ا ئذ ن   dan “u’tumin” اؤ تمن
4.      Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata الصلوة   الز كو ة  الحىوة
5.      Washal dan Fashl (penyambungan dan pemisahan). Seperti kata kul yang diiringi dengan maditulis dengan disambung كلما
6.      Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Penulisan kata yang dapat dibaca dua bunyi disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Di dalam mushaf Utsmani kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, misalnya maliki yaumiddin” ملك يوم الدين  . ayat diatas bolreh dibaca dengan menetapkan alif (yakni dua alif) boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat  (yakni dibaca satu alif(.

D.    Enam Buah Mushaf Utsmani yang Masyhur

Telah terjadi perbedaan pendapat ulama mengenai jumlah mushaf yang ditulis pada masa Utsman dan disebarluaskan olehnya ke berbagai pelosok negri. Satu pendapat mengatakan bahwa mushaf yang disebarkan bejumlah 6 buah, dan pendapat lain mengatakan jumlahnya lebih banyak dari itu. Al-Qurthubi mengatakan di dalam tafsirnya bahwa menurut satu pendapat, mushaf tersebut berjumlah tujuh buah, dan pendapat lain mengatakan brjumlah empat buah. Ini adalah pendapat mayoritas, dan Utsman menyebarkannya ke berbagai pelosok. Dia mengirimkan masternya (ummahat) ke Irak, Syam, dan Mesir, kemudian diambil oleh para qari pelosok negri sesuai dengan pilihan dan kesepakatan mereka, tanpa ada yang membantah mushaf tersebut sebagaimana adanya yang sampai kepada mereka. Adapun 6 buah mushaf Utsmani yang mashur yakni mushaf kuffiy, mushaf Bashriy, mushaf Syamiy ,mushaf Kuffy , mushaf Bashriy mushaf madaniy[3]




E. Tokoh-Tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani

adapun tokoh-tokoh yang meriwayatkan rasm Utsmani diantaranya yaitu:

            di zaman sahabat, para qari dan huffaz yang terkenal adalah Utsman bi Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bi Tsabit, Ibnu Mas’ud, Abu Darda ‘, dan Abu Musa Al Asy’ari. Merekalah yang dikirim leh khalifah Utsman ke wilayah Islam bersama mashaf Utsmani yang telah disediakan.

            Dari hasil didikan generasi tabi’in, maka semakin banyak orang yang cendrung dan berminat tentang ilmu qira’at. Banyak diantara mereka yang memusatkan perhatian terhadap ilmu qira’at, sehingga di beberapa kota besar terdapat pula pakar-pakar qira’at dari generasi ini. Seperti d Mekah terdapat Imam Ibnu Katsir, yang menjadi salah satu imam qiraat. Hami bin Qa’is Al-A’raj dan Muhammad bin Muhaisin. Di Madinah terdapat nama-nama seperti Abu Jafar Yazin bin Ya’kub, Syaibah bin An-Nasah dan Wafi’ bin Nu’if (Salah seorang Imam Qira’at). Dikufah nama-nama yang termasyur adalh Yahya bin Wathab, ‘Asim bin ABI Nujdud, Hamzah dan Kisa’i. Tiga nama yang terakhir itu termasuk imam qira’at yang tujuh. Mana kala para qari yang tinggal di Basrah ialah Abdullah bin Abu Ishak, Isa bin Umar, Abu Amir bin Al-a’la ( salah seorang imam qiraat ), Atiyah bin Qais Al-Qilabi, Ismail bin Abdullah bin Muhajir, Yahya bin Haris dan Syuraikh bin Yazid Al-Hadrami.


F.  Faidah Rasm Utsmani
Adapun kaidah rasm utsmani yaitu :
1.      Memelihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an sesuai dengan pola penulisan al-Qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya.
  1. Mengetahui penunjukan sebagian bahasa yang fasih.
  2. Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat (syakal) suatu lafaz.
  3. Mengethui persambungan sanad mengenai Al-Qur’an. Oleh karena itu, sesorang tidak tidak boleh membaca Al-Qur’an atau membacakannya kepada orang lain kecuali melalui sanad dan muttashil.[4]
G.Hukum dan Kedudukan Rasm Utsmani
Kedudukan rasm Usmani diperselisihkan para ulama, apakah pola penulisan merupakan petunjuk Nabi atau hanya ijtihad kalangan sahabat. Adapun pendapat mereka adalah sebagai berikut:
1.    Kelompok pertama (jumhur ulama) mengatakan bahwa pola rasm Usmani bersifat taufiqi, dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang ditunjuk dan dipercaya Nabi SAW. Setelah masa nabi berlalu, al-Qur’an masih tertulis seperti itu, tak mengalami perubahan dan penggantian. Dengan demikian, menurut pendapat ini Rasm Utsmani mendapatkan hal-hal yang masing-masing pantas untuk dihargai dan wajib diikuti. Hal-hal itu merupakan pengakuan Rasulullah SAW terhadapnya, perintah beliau dengan menggunakan undang-undang, kesepakatan sahabat yang jumlahnya lebih dari dua belas ribu orang dan kesepakatan umat pada masa tabi’in dan para imam mujtahid.
2.    kelompok kedua berpendapat, rasm Utsmani bukan tauqifi tapi wajib diikuti. Banyak ulama yang menyatakan bahwa rasm Utsmani bukan ketetapan Nabi (bukan tauqifi). Rasm Utsmani itu suatu cara penulisan yang disetujui oleh khalifah Utsman bin affan dan diterima umat Islam dengan baik. Karenanya menjadi keharusan dan tidak boleh dilanggar.
3.    Kelompok ketiga berpendapat, rasm Utsmani bukan tauqifi dan tidak wajib diikuti. Rasm ini hanyalah sebuah istilah, Abu Bakar al-Baqilani dalam bukunya al-Intishar mengatakan: “adapun penulisan, maka Allah SWT tidak mewajibkan sedikitpun kepada umat, karena Dia tidak menetapkan rasm tertentu atas para penulis wahyu, dan menyuruh meninggalkan rasm yang lain.” Bahkan sunnah sendiri memperbolehkan menggunakan rasm mana saja yang mudah. Karena Rasulullah memerintahkan tanpa menyebut rasm tertentu. Beliau juga tidak pernah melarang seseorang menulisnya, karena itulah terjadi perbedaan dalam penulisan mushaf. Ada yang menulis suatu kata lebih atau kurang dari bunyi pengucapanny, karena dia tahu bahwa hal itu bersifat istilah dan bukan tauqifi.[5]










 BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Rasm Uthmani atau rasm Al-Qur’an  ialah suatu ilmu yang membicarakan kaedah penulisan kalimah-kalimah ayat Al-Quran yang digunakan dan telah dipersetujui oleh Sayyidina Utsman bin ‘Affan. Istilah Rasm ‘Utsman lahir bersamaan dengan lahirnya mushaf ‘Utsman, yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri atas Zaid bi Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Al’Ash, dan Abdurrahman bin Al-Haris. Hukum mempelajari Rasm Uthmani adala fardhu Kifayah. Dalam penulisan Al-qur’an terdapat kaidah-kaidah yang harus diperhatikan seperti, selain itu penulisan Al-Qur’an  juga terdapat banyak faidah yakni Memelihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an sesuai dengan pola penulisan al-Qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya, Mengetahui penunjukan sebagian bahasa yang fasih dan sebgainya.








 DAFTAR PUSTAKA
Taufiqurrahman, Drs., M.Ag., 2003,  Studi Ulumul Qur’an , Bandung: CV Pustaka Setia
Anwar, Rosihon, Drs., M.Ag., 2004. Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia
Muhammad, Dr., Prof., 2002. Studi Ilmu Al-Qur’an Al-Karim. Bandung : CV  Pustaka Setia
Anwar, Rosihon, Drs., M.Ag., 2001, Samudra Al-Qur’an, Bandung : CV Pustaka Setia
http://gasus85.wordpress.com/



[1] Muhammad, Dr., Prof., 2002, Studi Ilmu Al-Qur’an Al-Karim, Bandung : CV  Pustaka Setia  hlm 112
[2] http://gasus85.wordpress.com/
[3] Taufiqurrahman, Drs., M.Ag., 2003,  Studi Ulumul Qur’an , Bandung: CV Pustaka Seti
[4] Taufiqurrahman, Drs., M.Ag.,2003,Studi Ulumul Qur’an , Bandung: CV Pustaka Setia  hlm. 118-120
[5] Anwar, Rosihon, Drs., M.Ag., 2004. Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia

No comments:

Post a Comment