Friday, 22 May 2015

PSIKOLOGI BELAJAR: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR

A.   FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR 

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat kita bedakan menjadi 3 macam :

1.     Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /kondisi jasmani dan rohani siswa .
2.    Faktor eksternal (faktor dari luar), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.    Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembeljaran meteri-meteri pebelajaran.

1.   Faktor Internal Siswa
a.  Aspek Pisiologis 

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila disertai pusing-pusing misalnya, dapat menurunka kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan dan minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

b.  Aspek Psikologis
Banyak faktor yang yermasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umunya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : tingkat kecerdasan /intelegensi siswa , sikap siswa, bakat siswa, motivasi siswa.

1)  Intelejensi Siswa
intelejensi pada umumnya  dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoal kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa  peran otak dalam hubungannya  dengan intelegensi lebih menonjol labih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas.

2)  Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi  afektif  berupa kecandrungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency ) dengan carayang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda sajikan merupakan petanda awal yang baik bagi proses belajar bagi siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan keuslitan belajar tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat conserving, walaupun mungkin tidak menimbulkan kesulitan belajar, namun, prestasi yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.

3)  Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. tapi, secara global bakat itu mirip denga intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak yang berbakat.
Sehubungan denga hal diatas, bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena ada hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak kepada seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akn berpengaruh bukan terhadap kinerja akademik (academis performance) atau prestasi belajarnya.

4)  Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber  (1988), minat tidak termasuk popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang besar pada faktor-faktor internal lainnnya seperti : pemuatan perhatian keinginantahuan, motivasi , dan kebutuhan.
Namun terlepas dari asalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasi belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif trhadapa materi tiulah yang memngkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan menigkat minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung di dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.

5)  Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organis baik manusia ataupun hewan-hewan mendorongnya  untuk berbuat sesuatu . dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku sevara terarah.
Dalam perkembangan selanjutya, motivasi dapat dibedakan menadi dua macam, yaitu :
a.    Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasala dari siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
b.    Motivasi ekstrinsik
motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datng dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk mendapatkan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri teladan orang tua , guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ektrinsik yang daoat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa daam melakukan proses pembelajaran materi-materi pembelajaran baik materi di sekolah maupun dirumah.

6)  Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan seseorang aka terbentuklah suatu tipe atau keadaan kepribadian tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional,mudah putus asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima, menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil, mudah marah, mudah tersinggung, merasa tertekan dapat menggangu keberhasilan anak dalam belajar. Sedangkan, perasaan yang gembira, bebas, merupakan aspek yang mendukung dalam kegiatan belajar. [1]

2. Faktor Eksternal Siswa
a.  Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staff administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan dan perilaku yang simpatik dapat memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin kususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan bediskusi, dapat menjadi data dorongan yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tentangga juga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkunga kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.  Paling tidak, siswa kan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusiatau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
b.  Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang trmasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini di pandang turut menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Contoh: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tiak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk berkeliaran ketempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
Selain itu adapun faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah:
1.     Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidakdingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gela, suasana yang sejuk dan tenang, sebaliknya bila kondisi lingkunagn alam tidak mendikung, proses belajar siswa akan terhambat
2.    Faktor istrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Prtama hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, asilitas belajar, lapangan olah raga dan lain-lain sebagainya.
3.    Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan kondisi perkembangan siswa.[2]
3.  Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan beklajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan dimuka, faktor pendekatan belajar yang berpengaruh terhadap pengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembalajaran siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya , mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface dan reproductif.[3]
Menurut saya faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ialah adanya
1.     pengaruh lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan sekitarnya.
2.    Pengaruh dari alat-alat komunikasi atau elektronik sepeti HP, televisa dan sebagainya
3.    Kurangnya fasilitasnya dalam membantu belajar yakni berupa buku ataupu lainnya




PENUTUP
1.   KESIMPULAN
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat kita bedakan menjadi 3 macam :
a.    Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
Adapun faktor-faktor internal terbagi menjadi dua yakni:
1.     Aspek Pisiologis
2.    Aspek Psikologis
Banyak faktor yang yermasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umunya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : tingkat kecerdasan /intelegensi siswa , sikap siswa, bakat siswa, motivasi siswa dan emosi.
3.    Faktor eksternal (faktor dari luar)
4.    Faktor pendekatan belajar (approach to learning)








DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, M., H., Drs., Psikologi Belajar (ilmu jiwa belajar). Tembilahan : Sekolah Tinggi Agama Islam
Suryabrata, Sumardi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Grafindo Persada


[1] Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Grafindo Persada 2003) hlm. 45-46
[2] Sumadi Subyarta, psikologi pendidikan , (Jakarta:PT Radja Grafindo Persada 2010)   hlm. 67
[3] Drs. H. M. Ilyas, Psikologi Belajar (ilmu jiwa belajar) (Tembilahan : Sekolah Tinggi Agama Islam )  hlm. 37-45

3 comments:

  1. Replies
    1. sama-sama, terima kasih juga telah berkunjung di blog saya.

      Delete
  2. Ilmunya bermanfaat sekali terutama bagi orang pendidikan, siswa dan guru. Saya juga punya artikel sejenis bisa diakses di http://www.anwariz.com/2017/03/faktor-yang-mempengaruhi-kegiatan-belajar-mengajar.html semoga bermanfaat. Terimakasih

    ReplyDelete