PEMBAHASAN
KONSEP TASAWUF AMALI
A.
PENGERTIAN TASAWUF AMALI
Tasawuf amali
adalah tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid dan amaliah lainnya.
Selain itu tasawuf ‘amali juga diartikan sebagai tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf amali lebih menekankan pembinaan moral
dalam upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Tasawuf amali atau hadah,
menghapuskan sifat-sifat yang tercela, melintasi semua hambatan itu, dan
menghadap total dari segenap esensi diri hanya kepada Allah SWT. Di dalamnya
terdapat kaedah-kaedah suluk (perjalanan tarbiyah ruhaniyah), macam-macam etika
(adab) secara terperinci,Untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan,
seseorang harus mentaati dan melaksanakan syariat atau ketentuan ketentuan
agama.
Ketaatan pada ketentuan agama harus diikuti dengan
amalan amalan lahir maupun batin yang disebut tariqah. Dalam amalan-amalan
lahir batin itu orang akan mengalami tahap demi tahap perkembangan ruhani.
Ketaatan pada syari’ah dan amalan-amalan lahir-batin akan mengantarkan
seseorang pada kebenaran hakiki (haqiqah) sebagai inti syariat dan akhir
tariqah. Kemampuan orang mengetahui haqiqah akan mengantarkan pada ma’rifah,
yakni mengetahui dan merasakan kedekatan dengan Tuhan melalui qalb. Pengalaman
ini begitu jelas, sehingga jiwanya merasa satu dengan yang diketahuinya itu.
B.
ISTILAH-ISTILAH
DALAM TASAWUF AMALI
dilihat dari
segi keilmuannya tingkatan tasawuf terbagi menjadi, Syari’at, Thariqat, Hakikat
dan Ma’rifat.
1.
Syariat
Syari’at adalah kualitas amal lahir –formal
yang ditetapkan dalam ajaran agama melalui Al-qur’an dan sunnah. Defenisi lain
mengatakan bahwa syari’at adalah amalan-amalan lahir yang difardukan dalam
Agama, yang biasanya dikenal sebagai rukun Islam dan segala hal yang
berhubungan dengan itu bersumber dari Al Quran dan Sunnah Rasul.
Sebab itu, dapat dikatakan bahwa syari’at
adalah ilmu ibadah yang cenderung hanya menyentuh aspek lahir manusia dan tidak
menyentuh aspek batin manusia. Syari’at mereka artikan sebagai amalan-amalan
lahir yang difardukan dalam Agama, yang biasanya dikenal sebagai rukun Islam
dan segala hal yang berhubungan dengan itu bersumber dari Al Quran dan Sunnah
Rasul.
2.
Thariqat
Tariqat
persamaan katanya menurut segi bahasa: “mazhab” yang berarti “jalan”. Thariqat
menurut istilah tasawuf adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi
dalam mencapai tujuan berada sedekat mungkin dengan tuhan. Thariqat adalah
jalan yang ditempuh para sufi dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal
dari syari’at, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut
dengan thariq. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa thariqat adalah cabang
dari syari’at yang merupakan pangkal dari suatu ibadah. Hal ini dapat pula
digambarkan bahwa tidak mungkin adanya suatu ibadah yang dilakukan tanpa adanya
perintah yang mengikat. Sehingga untuk menempuh anak jalan yang menuntun kepada
hakikat tujuan ibadah harus mengerti terlebih dahulu akar atau pangkal dari
jalan tersebut, yaitu syari’at (landasan hukum). Sehingga dapat digambarkan
bahwa jalan-jalan tersebut terbagi kedalam tiga batasan antara manusia dan
teologis, yakni syari’at, thariqat dan hakikat.
3.
Haqiqah
Haqiqah yaitu
diartikan sebagai aspek batiniah. Haqiqah merupakan rahasia yang paling dalam
dalam, dari segala amal dan inti inti dari shariah, dan akhir dari perjalanan
yang ditempuh seorang sufi. Antara syari’at dan hakikat tidak boleh terpisahkan.
Syariat yang dilakukan tanpa memperhatikan unsur hakikat seperti sebuah
bangunan kosong dan belum di hias. Sedangkan hakikat tanpa syariat akan seperti
perhiasan tanpa yang dihias, sehingga akan menjadi tumpukan barang yang acak.
Oleh karena itu kedua aspek penting dari agama kita itu tidak dihayati secara
terpisah, tetapi dilaksanakan sebagai dua hal yang saling melengkapi dan harus
dilakukan secara seimbang.
4.
Ma’rifat
Ma’rifat
berasal dari kata ‘arafa, yu’rifu, ‘irfan, ma’rifah artinya adalah pengetahuan,
pengalaman dan pengetahuan illahi. Ma’rifat adalah kumpulan ilmu pengetahuan,
perasaan, pengalaman, amal dan ibadah kepada Allah SWT.Dalam istilah tasawuf
ma’rifat adalah pengetahuan yang sangat jelas dan pasti tentang tuhan yang
diperoleh melalui sanubari. Sebagian besar para sufi mengatakan bahwa ma’rifat
adalah puncak dari tasawuf, yakni mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Oleh
karena itu, para sufi berkeyakinan bahwa setiap orang yang menempuh jalan
tasawuf dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh ia akan sampai pada akhir
tujuan tasawuf itu sendiri yaitu mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, yakni
ma’rifat.
Para sufi
beranggapan bahwa ma’rifat adalah ilmu laduni, yakni ilmu yang di diperoleh
dari anugerah tuhan yang tidak dapat didapat lewat usaha manusia.Hal ini
berarti bahwa ilmu ini diberikan oleh tuhan kepada hambanya yang diistimewakan
atau dipilih melalui ketakwaan, kesalehan dan sufi. Untuk mendapatkan ma’rifat
seorang sufi harus menyucikan jiwa dari perbuatan-perbuatan yang kotor dan memperbaiki
diri dengan sebaik-baiknya serta melakukan pendakian tingkatan-tingkatan rohani
yang disebut dengan maoqamat yang mana tujuan akhir dari pendakian tersebut
adalah ma’rifat yakni mengenal Allah dengan sebenar-benarnya
Dinamakan
tasawuf ‘amali adalah karena sisi amal di dalamnya lebih dominan dari sisi
nazari (teori), akan tetapi tidak berarti tasawuf ini kosong dari teori, bahkan
sisi ini lebih sempurna dan komprehensip dari sisi pertama. Istilah ‘amali di
sini menunjukkan bahwa tasawuf ini telah menjadi sebuah madrasat tariqah
(tarbiyah ruhiyah kolektif) yang terorganisir.
Dilihat
dari tingkatan tasawuf terbagi menjadi mubtadi’,mutawasit dan muntahi:
1.
Mubtadi’ yaitu orang yang baru memulai memepalajari
shari’ah
2.
Mutawasit, yaitu seseorang yang sudah mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang shariat Islam.
3.
Muntahi, yaitu seseorang yang ilmu shari’ahnya
telah matang. Dan telah menjalani tariqah dan mendalami ilmu bathiniah sehingga
jiwanya bersih dan tidak melakukan maksiat.
C.
TOKOH-TOKOH
DALAM TASAWUF AMALI
1.
Shaykh Abd al-Qodir al-Jilani (470 H/1077 M -
561 H/1166 M)
dia adalah orang pertama yang mendirikan
madrasah ini dalam bentuk thariqah yaitu thariqat Qadiriyah beliau di sebut
sebagai wali Qutb ( poros spiritual/ titik sentral para sufi) bahkan di beri
gelar Ghaust al-A’zham ( pemberi pertolongan terbesar) Kemudian diikuti oleh
2. Imam Ahmad al-Rifa’i (w.578 H/1106 M)
3. Imam Abu al-Hasan al-Shadhili,
4. Imam Baha’ al-Din Muhammad al-Naqshabandi (717-791 M), dan Imam lainya.
Mereka adalah ulama-ulama dalam ilmu-ilmu Islam, dan
teladan yang baik dalam akhlak yang mulia, serta para murshid yang membimbing
untuk sampai kepada ma’rifah kepada Allah SWT dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.
Tasawuf ‘amali ini identik dengan aliran thariqah
sufiyyah yang didalamnya ada berbagai unsur praktik ibadah untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT dengan menekankan aspek amaliah. Artinya, dalam
melaksanakan tasawuf tidak hanya sekedar teori tetapi juga praktik, sehingga
lebih bisa merasakan tujuan utama daripada tasawuf yaitu dekatnya seorang
makhluq kepada al-Khaliq.
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Haderaniie.-.
4M (Ma’rifat, Musyahadah, Mukasyafah dan Mahabbah). Surabaya : Nur Ilmu
Surabaya
Kartanegara,
Mulyadhi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment